Hari Raya Idul Fitri 1432 H

Jumat, 02 September 2011



اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Karang Taruna Gema Nusantara mengucapkan:

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ

“Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian.”

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432H.
READ MORE - Hari Raya Idul Fitri 1432 H

SEPULUH SUKSES MERAIH KEUTAMAAN RAMADHAN

Kamis, 18 Agustus 2011



“Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits Rasulullah tersebut harusnya dapat membangkitkan kewaspadaan kita untuk tidak terjerumus didalamnya. Berikut ini adalah uraian yang patut direnungkan agar kita tidak termasuk orang-orang yang disinggung dalam hadits Rasulullah tersebut.


Sepuluh indikasi sukses meraih keutamaan Ramadhan :

1. Memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban

Ibadah sunnah di bulan Sya’ban berfungsi pemanasan bagi ruhani dan fisik untuk memasuki bulan Ramadhan. Berpuasa sunnah, memperba-nyak ibadah shalat, tilawatul Qur’an sebelum Ramadhan, akan menja-dikan suasana hati dan tubuh kondusif untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa.

Itulah hikmahnya kenapa Rasulullah saw. dalam hadits riwayat Aisyah, disebutkan paling banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban.

2. Memenuhi target pembacaan Al-Qur’an

Orang yang berpuasa di bulan ini, sangat dianjurkan memiliki wirid al-Qur’an yang lebih baik dari bulan-bulan selainnya. Minimal harus dapat mengkhatamkan satu kali sepanjang bukan ini karena memang itulah target minimal pembacaan al-Qur’an yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

3. Memelihara lidah

“Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidak berbicara buruk dan aib. Dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki sese-orang maka berkatalah, “Aku berpuasa.” (HR. Bukhari)

4. Menjaga pandangan dari yang haram

Puasa yang tidak menambah pelakunya lebih memelihara mata dari yang haram, menjadikan puasa itu nyaris tak memiliki pengaruh apapun dalam perbaikan diri. Karenanya boleh jadi puasnya secara hukum sah, tapi substansi puasa itu tidak akan tercapai.

5. Menghidupkan malam dengan ibadah

Salah satu cirri khas bulan Ramadhan adalah Rasulullah menganjur-kan umatnya untuk menghidupkan malam dengan shalat dan do’a-do’a tertentu. Tanpa menghidupkan malam dengan ibadah tarawih, tentu seseorang akan kehilangan momentum berharga.




6. Tidak makan berlebihan di saat berbuka

Jika saat berbuka puasa menjadi saat melahap semua keinginan nafsunya yang tertahan sejak pagi hingga petang, menjadikan saat berbuka sebagai kesempatan “balas dendam” dari upaya menahan lapar dan haus selama siang hari, maka nilai pendidikan puasa akan hilang.

Puasa pada hakikatnya adalah pendidikan bagi jiwa untuk mengenda-likan diri dan menahan hawa nafsu. Hasil pendidikan itu akan tercermin dalam pribadi orang yang lebih bisa bersabar, menahan diri, tawakkal, pasrah, tidak emosional, tenang dalam menghadapi berbagai persoalan. Puasa menjadi kecil tak bernilai dan lemah unsur pendidi-kannya ketika upaya menahan dan mengendalikan nafsu itu hancur oleh pelampiasan nafsu yang dihempaskan saat berbuka

7. Mengoptimalkan infaq

Rasulullah saw, seperti digambarkan dalam hadits, menjadi sosok yang paling murah dan dermawan di bulan Ramadhan. Di bulan inilah, satu amal kebajikan bisa bernilai puluhan bahkan ratusan kali lipat diban-dingkan bulan-bulan lainnya. Momentum seperti ini sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan.

8. Memperbanyak ibadah di 10 hari terakhir

Rasulullah dan para sahabat mengkhususkan 10 hari terakhir untuk berdiam di dalam masjid, meninggalkan semua kesibukan duniawi. Mereka memperbanyak ibadah, dzikir dan berupaya meraih keutamaan malam seribu bulan, sat diturunkannya al-Qur’an.

Pada detik-detik terakhir menjelang usainya Ramadhan, mereka mera-sakan kesedihan mendalam karena harus berpisah dengan bulan mulia itu. Sebagian mereka bahkan menangis karena akan berpisah dengan bulan mulia. Ada juga yang berguman jika mereka dapat merasakan Ramadhan sepanjang tahun.

9. Tidak bermaksiat lagi setelah Ramadhan

Jangan memandang Idul Fitri dan selanjutnya sebagai hari “merdeka” dari pejara untuk kembali melakukan berbagai penyimpangan. Orang yang berpuasa dengan baik tentu tidak akan menyikapi Ramadhan sebagai kerangkeng.

10. Memelihara kesinambungan ibadah setelah Ramadhan

Amal-amal ibadah satu bulan Ramadhan, adalah bekal pasokan agar ruhani dan keimanan seseorang meningkat untuk menghadapi sebelas bulan setelahnya. Namun, orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan dan melestarikan amal-amal ibadah yang pernah ia jalankan dalam satu bulan itu.

READ MORE - SEPULUH SUKSES MERAIH KEUTAMAAN RAMADHAN

Perancang Lambang Garuda Pancasila

Selasa, 31 Mei 2011



Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.

Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.


Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.


Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.

Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.

sumber
May 1, 2011

READ MORE - Perancang Lambang Garuda Pancasila

WORLD SILENT DAY CAMPAIGN

Senin, 07 Maret 2011




Saat ini bumi menghadapi kerusakan lingkungan, konflik sosial atas sumberdaya yang kian langka, dan perubahan iklim. Semuanya disebabkan terutama oleh aktivitas produksi dan konsumsi manusia yang tidak ramah lingkungan. Manusia harus sadar bahwa bumi perlu diberi waktu untuk memulihkan diri.

Apa itu World Silent Day (WSD)?
Hari Hening Sedunia atau World Silent Day (WSD) adalah gerakan masyarakat bersama untuk menyelamatkan bumi. WSD merupakan gerakan moral untuk memberikan ruang bagi bumi untuk bernapas, walaupun hanya sehari.
WSD mengajak masyarakat dunia melakukan hening pada 21 Maret tiap tahun. Sesuai namanya, pada hari tersebut, umat manusia diminta menjadi hening, mengurangi kegiatan harian, termasuk mengurangi berkendaraan. Tiap orang diminta berkontribusi mengurangi konsumsi energi, sumberdaya alam dan bahan-bahan lain.
21 Maret dipilih sebagai simbol peralihan menuju kehidupan baru, saat matahari berada pada titik vernal equinox dan akan bergerak dari khatulistiwa ke arah utara. Keesokan harinya pada 22 Maret dilanjutkan dengan penghargaan terhadap air sebagai Hari Air Sedunia.
Hari Hening Sedunia atau World Silent Day (WSD) adalah gerakan masyarakat bersama untuk menyelamatkan bumi. WSD merupakan gerakan moral untuk memberikan ruang bagi bumi untuk bernapas, walaupun hanya sehari. WSD mengajak masyarakat dunia melakukan hening pada 21 Maret tiap tahun. Sesuai namanya, pada hari tersebut, umat manusia diminta menjadi hening, mengurangi kegiatan harian, termasuk mengurangi berkendaraan. Tiap orang diminta berkontribusi mengurangi konsumsi energi, sumberdaya alam dan bahan-bahan lain. 21 Maret dipilih sebagai simbol peralihan menuju kehidupan baru, saat matahari berada pada titik vernal equinox dan akan bergerak dari khatulistiwa ke arah utara. Keesokan harinya pada 22 Maret dilanjutkan dengan penghargaan terhadap air sebagai Hari Air Sedunia.

Bagaimana Ide WSD Muncul?
Gagasan WSD lahir menjelang penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim (COP 13 UNFCCC) di Bali. Sebagai bagian partisipasi masyarakat Bali mengatasi perubahan iklim, Bali Organic Association (BOA), Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Eksekutif Daerah Bali, dan Yayasan Wisnu membentuk Kolaborasi Bali untuk Perubahan Iklim. Kolaborasi ini bertujuan memfasilitasi partisipasi masyarakat menyampaikan aspirasi mengenai keadilan iklim.
Melalui beberapa temu kampung, pertemuan Ornop dan diskusi terfokus, tercetus gagasan mengangkat kearifan lokal di Bali yakni Nyepi, sebagai salah satu cara mudah mengurangi emisi gas rumah kaca. Aspek ekologisnya dapat ditawarkan ke dunia internasional, sehingga kampanyenya disebut World Silent Day atau Hari Hening Sedunia.

Bagaimana Cara Berpartisipasi?
Setiap orang dapat berpartisipasi dalam WSD dan melakukan pengurangan konsumsi energi serta bahan lain secara kreatif. Hening selama 24 jam mungkin sulit bagi orang-orang di jaman ini. Namun pengurangan konsumsi tetap bisa dilakukan. Misalnya, seminggu sekali bersepeda ke tempat kerja atau mematikan beberapa barang elektronik.
Setiap orang dapat memilih caranya sendiri untuk melakukan hening.
Kirimkan pengalaman hening tersebut untuk dibagi kepada orang lain melalui mysilent@worldsilentday.org. Masyarakat juga bisa memberikan kontribusi dana, bahan kampanye, ide, waktu dan komitmen atau menjadi perwakilan WSD di daerah masing-masing

more info :
Jalan Pengubengan Kauh No. 94 Kerobokan, Badung – Bali
Telp/ Fax : +62 361 735 321 / 735 320
Email : info@worldsilentday.org
Situs web: http://worldsilentday.org


http://www.slank.com/slankissme/world-silent-day-campaign.html

READ MORE - WORLD SILENT DAY CAMPAIGN

takbiran damar sewu

Kamis, 18 November 2010


10 hari terakhir takbiran hari raya Idul Adha pada saat itu suasana malam meriah, karena setiap rumah akan membuat apa yang disebut damar sewu. Semacam obor tapi punya sumbu banyak. Dibuat dari sebatang bambu pasang mendatar pada tiang, lalu dikasih lubang untuk sumbu. Tak cuma di halaman rumah, sepanjang tepi jalan kampung pun warga memasang damar sewu. Sehingga desa yang semula gelap gulita karena belum ada PLN jadi terang benderang. Belum lagi para pemuda suka berkeliling kampung sambil pawai obor.
Namun sayang seribu sayang. Sekarang semuanya tinggal kenangan. Masyarakat sekarang sudah berubah modern dan selalu menginginkan hal-hal yang praktis. Sudah belasan tahun berlalu, Idul Adha tak lagi dihiasi obor seribu digantikan dengan program pemerintah kompor gas seribu. Yang katanya lebih praktis dan bisa sekalian untuk menghilangkan kebiasaan main petasan
Takbiran damar sewu kata yang pas untuk kegiatan ini karena dalam kegiatan ini memakai banyak penerangan yang dibawa masing masing peserta baik berupa lili, dimar, ataupun lentera. Takbiran dammar sewu ini tidak mengunakan obor (oncor) karena rawan disalhagunakan oleh para peserta, maka dari itu kegiatan ini mengunakan lilin. Kegiatan ini tidak akan terselenggara tanpa ada kerjasama dan partisipasi dari beberapa organisasi yang lain. Adapun organi sasi yang bisa dan dapat menjalin kerjasama dalam acara ini antara lain:
1. Karang Taruna Gema Nusantara
2. Remaja Masjid At-Taqwa
3. Pengurus Masjid At-Taqwa
4. Radio Gema FM Kademangan
5. Pramuka gugus Krisna-Srikandi
6. Warga Setia Hati Terate
7. Anggota Rapi Kademangan
8. IPNU dan IPPNU Kademangan
READ MORE - takbiran damar sewu

TOUR UMUM

Senin, 25 Oktober 2010

Random Acara Tour UMUM Wisata Bali Inap 1 Malam:

Tanggal 21 Januari 2011 (WIB)
13.00 : Kedatangan bus
14.00 : Persiapan Keberangkatan
14.00 – 20.00 : Perjalanan menuju RM. Utama Raya (Situbondo)
(Makan Malam+Sholat jama’)
21.00 – 24.00 : Perjalanan menuju Ketapang

Tanggal 22 Januari 2011 (WITA)
Sholat Subuh
06.00 : Rombonggan di perkirakan sampai Pantai Sanur
07.00 – 09.00 : Chek In Hote, Mandi dan Makan Pagi
09.00 – 09.30 : Perjalanan menuju Tanjung Benoa
09.30 – 12.00 : Di obyek Tanjung Benoa + Makan Siang(Sholat jama’)
12.00 – 13.00 : Perjalanan menuju Dream Land
13.30 – 14.00 : Di obyek Dream Land (Sholat jama’)
14.00 – 14.30 : Menuju One stop Sopping Krisna
14.30 – 15.30 : One stop Sopping Krisna
15.30 – 16.00 : Menuju Sentral Parkir
16.00 – 18.00 : Di Obyek Pantai Kuta
18.00 – 17.30 : Perjalanan menuju Hotel, Mandi, Makan Malam,
Acara bebas(Sholat jama’).

Tanggal 23 Januari 2011 (WITA)
(Sholat Subuh)
07.00 – 07.45 : Makan pagi
07.45 – 08.00 : Persiapan Chek Out Hotel
08.00 – 09.00 : Chek Out Hotel, Perjalanan ke sukowati
10.30 – 11.30 : Di Joger
11.30 – 12.00 : mengunjungi obyek wisata BEDUGUL
12.00 – 13.30 : Menikmati suasana sejuk di BEDUGUL
13.30 – 15.30 : Perjalanan menuju Tanah Lot
15.30 – 18.00 : Di obyek Wisata Tanah Lot
20.00 – 21.00 : Makan Malam(Sholat jama’)
21.00 – 23.00 : Perjalanan menuju Pelabuhan Gili Manuk
Tanggal 24 Januari 2011 (WIB)
perjalanan Pulang dan di perkirakan sampai di Blitar pada pukul 06.00 WIB. Dan acara selesai bersama DHEEVA Wisata Operator.

ARMADA BUS PARIWISATA


info lebih lengkap hubungi :
Fandy : 087859160222
Suhut : 085649292070
Hessa : 085649224801
Darmanto : 082142204696
READ MORE - TOUR UMUM

PANCASILA SAKTI

Jumat, 01 Oktober 2010



Pada waktu sedang maraknya pelaksanaan penataran P-4 pada era Orde Baru, Pancasila di antaranya diberi predikat “sakti.” Bahkan tanggal 1 Oktober diperingati sebagai “Hari Kesaktian Pancasila.” Timbul berbagai pendapat dalam masyarakat mengenai makna Pancasila sakti tersebut; apa yang dimaksud dengan sakti?


Apalagi akhir-akhir ini bangsa Indonesia mulai sadar diri betapa penting arti Pancasila untuk mendukung existensi negara-bangsa, sehingga Pancasila mulai diusung lagi ke permukaan, menjadi wacana di berbagai forum seminar dan diskusi. Bahkan kalau sejak reformasi tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dilupakan, mulai tahun 2005, tanggal 1 Oktober diperingati lagi sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mendudukkan pengertian “Pancasila Sakti” secara proporsional, supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman.


Sakti memiliki makna tidak terkalahkan, tidak dapat ditaklukkan. Sakti biasanya menjadi predikat bagi seseorang yang memiliki suatu kekuatan tertentu, baik fisik maupun non fisik, sehingga tidak akan terkena segala macam senjata baik senjata tajam maupun senjata yang tidak nampak. Dalam bahasa Jawa terdapat ungkapan; “ Ora tedas tapak paluning pande, sisaning gurendo,” menggambarkan seorang yang tidak akan terlukai oleh senjata apapun. Sakti merupakan kekuatan yang bersifat kemampuan bertahan diri dari segala macam ancaman dan gangguan.


Sangat erat dengan istilah sakti adalah “ampuh,” yang biasanya dipergunakan untuk memberikan gambaran mengenai kehebatan suatu senjata. Senjata yang ampuh adalah senjata yang memiliki daya hancur yang luar biasa, sehingga tidak ada satu obyekpun yang mampu untuk menahannya. Sebagai contoh keris Empu Gandring adalah sangat ampuh, tiada pandang bulu siapapun yang terkena oleh keris tersebut pasti lebur. Sebaliknya Tunggulametung yang pertama terkena keris tersebut kurang sakti sehingga tidak mampu menahan ke-ampuhan keris Empu Gandring. Kalau istilah sakti memiliki konotasi defensif, ampuh lebih bermakna ofensif atau proaktif, meskipun batas ini tidak kaku, bahkan dapat saling berganti.


Istilah sakti sering diberi padanan tangguh, perkasa dan sebagainya, merupakan istilah-istilah yang bombastis, lebih untuk konsumpsi politis, untuk maksud dan tujuan politik tertentu, oleh karena itu istilah tersebut tidak digunakan dalam uraian ini, dan lebih dititik beratkan pada ketepatan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

READ MORE - PANCASILA SAKTI

 
 
 

Label

Label

Labels