TOUR UMUM

Senin, 25 Oktober 2010

Random Acara Tour UMUM Wisata Bali Inap 1 Malam:

Tanggal 21 Januari 2011 (WIB)
13.00 : Kedatangan bus
14.00 : Persiapan Keberangkatan
14.00 – 20.00 : Perjalanan menuju RM. Utama Raya (Situbondo)
(Makan Malam+Sholat jama’)
21.00 – 24.00 : Perjalanan menuju Ketapang

Tanggal 22 Januari 2011 (WITA)
Sholat Subuh
06.00 : Rombonggan di perkirakan sampai Pantai Sanur
07.00 – 09.00 : Chek In Hote, Mandi dan Makan Pagi
09.00 – 09.30 : Perjalanan menuju Tanjung Benoa
09.30 – 12.00 : Di obyek Tanjung Benoa + Makan Siang(Sholat jama’)
12.00 – 13.00 : Perjalanan menuju Dream Land
13.30 – 14.00 : Di obyek Dream Land (Sholat jama’)
14.00 – 14.30 : Menuju One stop Sopping Krisna
14.30 – 15.30 : One stop Sopping Krisna
15.30 – 16.00 : Menuju Sentral Parkir
16.00 – 18.00 : Di Obyek Pantai Kuta
18.00 – 17.30 : Perjalanan menuju Hotel, Mandi, Makan Malam,
Acara bebas(Sholat jama’).

Tanggal 23 Januari 2011 (WITA)
(Sholat Subuh)
07.00 – 07.45 : Makan pagi
07.45 – 08.00 : Persiapan Chek Out Hotel
08.00 – 09.00 : Chek Out Hotel, Perjalanan ke sukowati
10.30 – 11.30 : Di Joger
11.30 – 12.00 : mengunjungi obyek wisata BEDUGUL
12.00 – 13.30 : Menikmati suasana sejuk di BEDUGUL
13.30 – 15.30 : Perjalanan menuju Tanah Lot
15.30 – 18.00 : Di obyek Wisata Tanah Lot
20.00 – 21.00 : Makan Malam(Sholat jama’)
21.00 – 23.00 : Perjalanan menuju Pelabuhan Gili Manuk
Tanggal 24 Januari 2011 (WIB)
perjalanan Pulang dan di perkirakan sampai di Blitar pada pukul 06.00 WIB. Dan acara selesai bersama DHEEVA Wisata Operator.

ARMADA BUS PARIWISATA


info lebih lengkap hubungi :
Fandy : 087859160222
Suhut : 085649292070
Hessa : 085649224801
Darmanto : 082142204696
READ MORE - TOUR UMUM

PANCASILA SAKTI

Jumat, 01 Oktober 2010



Pada waktu sedang maraknya pelaksanaan penataran P-4 pada era Orde Baru, Pancasila di antaranya diberi predikat “sakti.” Bahkan tanggal 1 Oktober diperingati sebagai “Hari Kesaktian Pancasila.” Timbul berbagai pendapat dalam masyarakat mengenai makna Pancasila sakti tersebut; apa yang dimaksud dengan sakti?


Apalagi akhir-akhir ini bangsa Indonesia mulai sadar diri betapa penting arti Pancasila untuk mendukung existensi negara-bangsa, sehingga Pancasila mulai diusung lagi ke permukaan, menjadi wacana di berbagai forum seminar dan diskusi. Bahkan kalau sejak reformasi tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dilupakan, mulai tahun 2005, tanggal 1 Oktober diperingati lagi sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mendudukkan pengertian “Pancasila Sakti” secara proporsional, supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman.


Sakti memiliki makna tidak terkalahkan, tidak dapat ditaklukkan. Sakti biasanya menjadi predikat bagi seseorang yang memiliki suatu kekuatan tertentu, baik fisik maupun non fisik, sehingga tidak akan terkena segala macam senjata baik senjata tajam maupun senjata yang tidak nampak. Dalam bahasa Jawa terdapat ungkapan; “ Ora tedas tapak paluning pande, sisaning gurendo,” menggambarkan seorang yang tidak akan terlukai oleh senjata apapun. Sakti merupakan kekuatan yang bersifat kemampuan bertahan diri dari segala macam ancaman dan gangguan.


Sangat erat dengan istilah sakti adalah “ampuh,” yang biasanya dipergunakan untuk memberikan gambaran mengenai kehebatan suatu senjata. Senjata yang ampuh adalah senjata yang memiliki daya hancur yang luar biasa, sehingga tidak ada satu obyekpun yang mampu untuk menahannya. Sebagai contoh keris Empu Gandring adalah sangat ampuh, tiada pandang bulu siapapun yang terkena oleh keris tersebut pasti lebur. Sebaliknya Tunggulametung yang pertama terkena keris tersebut kurang sakti sehingga tidak mampu menahan ke-ampuhan keris Empu Gandring. Kalau istilah sakti memiliki konotasi defensif, ampuh lebih bermakna ofensif atau proaktif, meskipun batas ini tidak kaku, bahkan dapat saling berganti.


Istilah sakti sering diberi padanan tangguh, perkasa dan sebagainya, merupakan istilah-istilah yang bombastis, lebih untuk konsumpsi politis, untuk maksud dan tujuan politik tertentu, oleh karena itu istilah tersebut tidak digunakan dalam uraian ini, dan lebih dititik beratkan pada ketepatan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

READ MORE - PANCASILA SAKTI

PANCASILA SAKTI



Pada waktu sedang maraknya pelaksanaan penataran P-4 pada era Orde Baru, Pancasila di antaranya diberi predikat “sakti.” Bahkan tanggal 1 Oktober diperingati sebagai “Hari Kesaktian Pancasila.” Timbul berbagai pendapat dalam masyarakat mengenai makna Pancasila sakti tersebut; apa yang dimaksud dengan sakti?


Apalagi akhir-akhir ini bangsa Indonesia mulai sadar diri betapa penting arti Pancasila untuk mendukung existensi negara-bangsa, sehingga Pancasila mulai diusung lagi ke permukaan, menjadi wacana di berbagai forum seminar dan diskusi. Bahkan kalau sejak reformasi tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila dilupakan, mulai tahun 2005, tanggal 1 Oktober diperingati lagi sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Oleh karena itu dipandang perlu untuk mendudukkan pengertian “Pancasila Sakti” secara proporsional, supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman.


Sakti memiliki makna tidak terkalahkan, tidak dapat ditaklukkan. Sakti biasanya menjadi predikat bagi seseorang yang memiliki suatu kekuatan tertentu, baik fisik maupun non fisik, sehingga tidak akan terkena segala macam senjata baik senjata tajam maupun senjata yang tidak nampak. Dalam bahasa Jawa terdapat ungkapan; “ Ora tedas tapak paluning pande, sisaning gurendo,” menggambarkan seorang yang tidak akan terlukai oleh senjata apapun. Sakti merupakan kekuatan yang bersifat kemampuan bertahan diri dari segala macam ancaman dan gangguan.


Sangat erat dengan istilah sakti adalah “ampuh,” yang biasanya dipergunakan untuk memberikan gambaran mengenai kehebatan suatu senjata. Senjata yang ampuh adalah senjata yang memiliki daya hancur yang luar biasa, sehingga tidak ada satu obyekpun yang mampu untuk menahannya. Sebagai contoh keris Empu Gandring adalah sangat ampuh, tiada pandang bulu siapapun yang terkena oleh keris tersebut pasti lebur. Sebaliknya Tunggulametung yang pertama terkena keris tersebut kurang sakti sehingga tidak mampu menahan ke-ampuhan keris Empu Gandring. Kalau istilah sakti memiliki konotasi defensif, ampuh lebih bermakna ofensif atau proaktif, meskipun batas ini tidak kaku, bahkan dapat saling berganti.


Istilah sakti sering diberi padanan tangguh, perkasa dan sebagainya, merupakan istilah-istilah yang bombastis, lebih untuk konsumpsi politis, untuk maksud dan tujuan politik tertentu, oleh karena itu istilah tersebut tidak digunakan dalam uraian ini, dan lebih dititik beratkan pada ketepatan Pancasila bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

READ MORE - PANCASILA SAKTI

 
 
 

Label

Label

Labels